Senin, 10 Agustus 2009

Waktu, cinta dan luka


Serang, 2003. Aku mulai mengagumi sainganku, seorang anak perempuan yang terbilang pendek namun brilian, Riana namanya. Aku terpesona akan kecerdasannya. Sebagai seorang anak SD, aku sudah berani jatuh cinta padanya. Namun, waktu memisahkan kami. Saat sekolah meluluskan kami di tahun 2004, aku tak pernah lagi melihat dia.

Aku dan Riana masuk ke SMP yang berbeda. Riana masuk ke negeri, sedangkan aku di sekolah swasta. Di sekolah baruku aku sempat mengubur perasaanku dan mencari hati lain, namun tak pernah kutemukan. Aku berpikir mungkin ia sudah mendapatkan cinta di sekolah barunya di SMP Negeri 1. Akupun selalu mencoba mencari hati yang lain, namun hasilnya tetap nihil. Hal ini terjadi sampai aku lulus SMP dan sudah bekurang memori tentangnya.

Di SMA aku masih mencari hati yang tepat untukku dan pada smester kedua aku menemukan hati di sekolah lain, Nia namanya. Dia seorang modern dancer yang karirnya terus naik. Namun, hubunganku dengannya hanya bertahan tiga bulan saja. Begitu pula dengan yang lainnya, aku hanya mampu bertahan tiga bulan dengan mereka.

“Kenapa setiap kali aku menjalin hubungan dengan seorang gadis hanya mampu bertahan tiga bulan?”, Tanya benakku selalu.

Aku terus mencari jawaban, namun tak pernah kutemukan.

Waktu terus merangkak, entah berapa orang yang telah kupacari dan hanya bertahan tiga bulan. Tibalah saat aku menginjak kelas tiga di tahun 2009. aku menjadi panitia reuni antar alumni SDN 2 K lulusan 2004 san aku teringan akan masa lalulu yang pernah kucintai.

Aku terus mencari informasi tentangnya. Mulai dari tenya sana, Tanya sini sampai dating ke rumahnya. Namun aku mendapatkan fakta bahwa ia telah bersama dengan orang lain yang tentunya dia cintai. Akupun hanya mampu pasrah dan berdo’a agar dia bahagia dengan pangeran yang dia cintai.

Selasa, 04 Agustus 2009

puisi: MAWAR PUTUH

setiap embun yang melintas
terperangah akan harumya
setiap kumbang yang singgah
tersepsona akan indahnya

mawar putih yang tak pernah layu
meski tengah berseteru sengan kalbu
tak kan pernah jadi abu

mawar yang selalu kusimpan
dalam sanubari