langkah-langkah layu menyusur waktu
terseok-seok di atas hamparan peluh
kulihat sesosok kupu-kupu
tengah menangis dengan sayap layu
kutanya dia:
wahai kupu-kupu kenapa kau merana
dia menjawab dengan terisak-isak:
aku tak mau lagi menderap-derap dengan nista
aku telah banyak mereguk dosa
dan mungkin aku terlambat menyesali semuanya
kubisikkan berita dari angin yang telah lama tersiar:
wahai kupu-kupu yang mempesona
tak ada kata terlambat untukmu menutup sayap-sayap nistamu
tuhan pun akan menggantinya dengan sayap-sayap suteranya
jika kamu tak lagi menyentuh sarang-sarang laknat
Sebuah refleksi dari desakan gerutu jiwa yang ingin mengaspirasikan suaranya yang tertahan dalam sebuah ide tanpa pintu keluar.
Jumat, 27 April 2012
Senin, 23 April 2012
SAJAK PILU SANG PENCARI SAKSI
aku adalah penikmat sejarah
aku adalah pengagum bangunan yang menjadi saksi sejarah
aku benci pemerintah yang merobohkan bangunan-bangunan tersebut
semakin berkurang saksi masa silam itu, semakin buta mataku menerawang sejarah negeriku
hai penguasa, hargai saksi-saksi bisu itu
jangan terlena akan investasi besar-besaran, sedang saksi negeriku kau tumbangkan satu per satu
aku adalah pengagum bangunan yang menjadi saksi sejarah
aku benci pemerintah yang merobohkan bangunan-bangunan tersebut
semakin berkurang saksi masa silam itu, semakin buta mataku menerawang sejarah negeriku
hai penguasa, hargai saksi-saksi bisu itu
jangan terlena akan investasi besar-besaran, sedang saksi negeriku kau tumbangkan satu per satu
Langganan:
Postingan (Atom)