Senin, 13 Juli 2009

kritik: sekolah yang menginjak tanda koma

SMA MU-SE, sekolah yang dahulu tersohor karena prestasi siswa dan siswinya, serta guru-guru yang berkompeten dan bertanggung jawabsekarang terpuruk karena siswanya kini terhambat untuk berkembang. Para siswanya sekarang merasa kecewa terhadap sekolahnya sendiri. Karena semua saran dan komentar tidak pernah ditanggapi serius oleh para guru dan kepala sekolahnya.
Mulai dari kepala sekolah yang tidak pernah hadir di sekolah sampai para guru yang hanya mengejar gaji yang lebih besar daripada gaji yang diberikan sekolah tersebut.
Bukan karena kesadaran masyarakat yang kurang terhadap sekolah tersebut, tapi keadaan internal sekolah yang tak pernah mendukung.
Saya, siswa sekolah tersebut merupakan salah satu siswa yang sangat kecewa. Karena program yang kurencanakan untuk kemajuan sekolah tersebut dibatalkan sepihak dan akhirnya sekolah menerima karmanya dengan hanya mendapatkan hanya dua orang murid saja di tahun ajaran 2009/2010.
Semoga para guru dapat sadar akan hal ini.

Rabu, 08 Juli 2009

kritik: SOSOK PEMIMPIN

8 Juli 2008, sebagian bahkan hampir semua orang menyebutnya sebagai pesta nasional, pesta demokrasi. karena di hari ini seluruh warga negara Indonesia memilih calon pemimpinnya. Tapi, apakah mereka benar-benar berjiwa pemimpin?
Mereka berkoar-koar, menebar janji untuk rakyat. Mereka akan menomor satukan rakyat, tapi apa mereka pernah mengfalah pada rakyat?
Kita lihat saja ketika mereka berkampanye! Kemacetan panjang terjadi, jalanan bising, sedangkan si calon pemimpin dengan ngebut dan dikawal polisi seenaknya melaju di hadapan oara korban macet. Uang dihambur-hamburkan untuk dana kampanye, sedangkan di sekitar mereka banyak manusia-manusia kelaparal, bahkan sampai menangis darah melihat anakknya ingin makan, sedang si calon pemimpin hanya peduli pada pencalonannya saja. Apa mereka berjiwa pemimpin?
Oleh karena itu saya merasa terpaksa untuk memilih para calon pemimpin itu, saya tidak mau menyesal nantinya dengan memilih calon pemimpin yang seperti itu. Saya yakin, beberapa waktu setelah mereka dilantik dan mengambil kebijakan, berjuta demo akan berhamburan, berjuta sesal akan bercokol di dada pemilihnya.
Lalu siapa sosok pemimpin yang sebenarnya?
Di Indonesia baru satu sosok pemimpin nasional yang benar-benar berjiwa pemimpin, beliau adalah Ir. Soekarno Rohimahullah. Belum ada pemimpin nasional yang berjiwa pemimpin seperti beliau, hanya satu, Sultah Hamengkubuwono XI, itupun hanya sebatas propinsi saja.
Namun, sosok pemimpin yang tidak akan pernah tergantikan adalah Nabi Muhammad SAW yang selalu mengutamakan kepentingan uatnya, bukan perutnya.
Kapan kita akan mendapatkan pemimpin dan calon pemimpin yang benar-benar berjiwa pemimpin?
Dari masa ke masa belum pernah ditemuka. Aku menunggu, kita semua menunggu sosok itu.
Karena di periode ini saya tidak menemukan sosok calon pemimpin yang berjiwa pemimpin, saya memutuskan untuk tidak memilih alisa golput alias golongan putih. Tapi, banyak orang mengatakan saya bukan warga negara yang baik karena tidak memiliuh para calon pemimpin, kemudian saya ingin membalikan pernyataan tersebut dengan sebuah pertanyaan, "Apakah mereka calon pemimpin yang baik?"

Sosok pemimpin
Pemimpin adalah seseorang yang mampu mengayomi, menjaga, melindungi, menolong, memperhatikan, menyelamatkan, mementingkan orang-orang yang dipimpinnya. Apakah kita temukan calon pemimpin yang seperti ini di pesta nasional ini?
Pesta demokrasi, hanya mengantarkan rasa keterpaksaan dan kekisruhan di masyarakat, menimbulkan perpecahan karena kampanye yang mereka lakukan. Jika ditimbang. bukankah lebih baik uang yang terhambur untuk kampanye itu untuk memberi makan si miskin yang merintih kelaparan?
Apa saya masih dikatakan warga negara yang tidak baik? Perbaiki dulu mental sebelum mencalonkan diri, baru saya akan memilih.

Sabtu, 04 Juli 2009

curhat: TERHEMPAS DARI KEHIDUPANNYA

Aku merasa tak berharga di matanya. Semua perjuangan dan pengorbananku untuknya tak pernah ia sambut dengan hati gembira. Ia tak pernah menatapku dengan kedua matanya, hanya sebelah yang ia gunakan untuk menatapku. seolah aku hanya benalu di kehidupannya. Aku tidak pernah mengharap apa-apa darinya, aku hanya ingin dia mengerti bahwa aku menyayanginya, aku menghargainya.
Aku sudah berusaha menjadi kakak yang baik untuknya, tapi dia tak pernah pedulikan itu. ia asik dengan kakak-kakak yang lain, yang tak pernah berkorban dan berjuang untuknya. Mereka hanya ingin bersenang-senang dengannya.
Aku harus terhempas dari kehidupannya, aku harus diusir dari hatinya. Betapa kecewa dan sakitnya katiku menerima kenyataan ini. Tidakkah dia tahu bahwa aku menyayanginya tanpa menginginkan apapun dari dia.

Selamat tinggal Novie!
Nikmati kehidupanmu!