engkau adalah akhir dari pencarian panjang
setelah lama berjibaku dalam tambang
kutemukan dalam keadaanku yang telah usang
kau bukan permata yang berkilauan
namun diburu jutaan bujangan
entah kharisma apa yang kau punya
hingga pencarianku mantap berakhir padamu saja
tapi sayang kini kau penuh goresan
goresan yang kubuat karena meletakkanmu sembarangan
kini kau menghilang
membawa goresan luka yang tak sempat kuhapuskan
menciptakan pula luka di hatiku yang terus mengerang
permataku
engkau telah hilang
tanpa ucapan selamat tinggal kau pergi dalam diam
permataku
engkau telah hilang
berpindahlah pada tangan yang bajik nan bijak
permataku
engkau telah hilang
kembalilah sayang
biar kuhapus goresan lukamu dengan darah dan peluhku
permataku
engkau telah hilang
kembalilah sayang
jika harus kutukar tangan dan kakiku dengan kamu
niscaya akan kutukar
karena kaulah permataku
kaulah penyambung nyawaku
Kragilan-Serang, 7 April 2016
untuk permata hatiku yang hilang
terinspirasi dari lukisan Zainuddin untuk Hayati (Tenggelamnya Kapal Van der Wijk)
Sebuah refleksi dari desakan gerutu jiwa yang ingin mengaspirasikan suaranya yang tertahan dalam sebuah ide tanpa pintu keluar.
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Minggu, 10 April 2016
puisi: Biarkan Aku Meracau Sejenak
biarkan aku meracau sejenak
mengingatkanmu akan sebatang tebu
manis
manis sekali
sempat aku merasakannya
tapi kini habis tak bersisa
sesosok hama menyedot kencang manis gulanya
kemudian ditarik dari genggamanku
saat kuambil lagi
tebu itu seakan enggan kembali
saat gulanya kucoba rasakan lagi
habis
hambar
tawar
seperti kamu padaku saat ini
Kragilan-Serang, 29 maret 2016
mengingatkanmu akan sebatang tebu
manis
manis sekali
sempat aku merasakannya
tapi kini habis tak bersisa
sesosok hama menyedot kencang manis gulanya
kemudian ditarik dari genggamanku
saat kuambil lagi
tebu itu seakan enggan kembali
saat gulanya kucoba rasakan lagi
habis
hambar
tawar
seperti kamu padaku saat ini
Kragilan-Serang, 29 maret 2016
Label:
KRAGILAN,
puisi,
Serang-Banten
Minggu, 23 Juni 2013
BIAR AKU MENIKMATI AMARAHKU
cukup
guratan senyumku kini telah pupus
sepenggal kisah kau ukir di balik debu
menginfeksi seluruh toleransiku
aku yang tak pernah bisa mendapatkan emas meski tambang itu milikku
meski usahakan beribu kali dari sudut ke sudut
sementara mereka mendapat bongkahan-bongkahan batu mulia hanya sekali sapu
mengapa harus kau cegah amarahku
jika semua terus menerus berulang mencaik-cabik sisi cerahku
biar aku menikmati amarahku
tanpa rengek dari siapa pun
tidak juga dari rengekmu
Kragilan, Serang, 23 Juni 2013
Rabu, 27 Maret 2013
Puisi: Tangis si Agraris
negeri agraris yang bernasib miris
para kuli dan manusia bawah hanya pasrah diiris-iris
oleh penjahat berwajah manis berhati bengis
sampai tak lagi mampu untuk menangis
hingga sampahlah yang akhirnya dikais
Kragilan, Serang, 27 Maret 2011
21.00
para kuli dan manusia bawah hanya pasrah diiris-iris
oleh penjahat berwajah manis berhati bengis
sampai tak lagi mampu untuk menangis
hingga sampahlah yang akhirnya dikais
Kragilan, Serang, 27 Maret 2011
21.00
Label:
indonesia,
poetry,
puisi,
sastra,
Serang-Banten
Langganan:
Postingan (Atom)